BANDUNG, KOMPAS.com - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dipertahankan di 7,5 persen sejak 17 Februari 2015, setelah sebelumnya lebih tinggi 25 basis poin selama tiga bulan sejak November 2014. Hingga saat ini bank sentral belum juga menurunkan suku bunga tersebut.
Padahal, pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II tahun ini mengalami perlambatan. Angkanya hanya bisa mencapai 4,67 persen. http://www.alliedarmament.com/toko-bunga-di-cibubur-murah-online-tws-florist
Beberapa ekonom dan pengamat berpendapat BI rate harus diturunkan. Dengan demikian, hal itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, rupanya BI punya alasan lain untuk tidak menurunkan suku bunga di bawah 7,5 persen. "Kalau BI merasa menurunkan suku bunga merupakan obat paling mujarab, sejak awal tahun sudah dilakukan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Grup Pengelolaan Relasi BI Arbonas Hutabarat, di Bandung Sabtu (5/9/2015).
Arbonas menegaskan hal tersebut dengan mengulang pernyatannya dua kali. Toko Bunga Cibubur "Cilakanya tidak begitu," kata dia memastikan bukan BI rate, obat mujarab perlambatan ekonomi.
Dia mengaku, BI memang sengaja menahan konsumsi masyarakat agar inflasi tetap rendah.
Benar saja, inflasi pada Agustus 2015 yakni 0,39 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2015 sebesar 2,29 persen. "Inflasi yang stabil membuat faktor produksi bekerja dengan nyaman. Sehingga suku bunga 7,5 persen masih menjadi stimulus bagi investor," kata dia lagi.
Apalagi, lanjut Arbonas, dia yakin bahwa suku bunga yang masih tinggi saat ini tidak memukul kebutuhan primer seperti sembako (sembilan bahan pokok). Florist di Jakarta Yang pasti terkena dari suku bunga tinggi adalah konsumsi untuk kebutuhan sekunder dan tersier. "Kan enggak mungkin juga orang pergi ke bank, menurunkan kredit untuk beli beras," pungkas Arbonas.
Padahal, pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II tahun ini mengalami perlambatan. Angkanya hanya bisa mencapai 4,67 persen. http://www.alliedarmament.com/toko-bunga-di-cibubur-murah-online-tws-florist
Beberapa ekonom dan pengamat berpendapat BI rate harus diturunkan. Dengan demikian, hal itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, rupanya BI punya alasan lain untuk tidak menurunkan suku bunga di bawah 7,5 persen. "Kalau BI merasa menurunkan suku bunga merupakan obat paling mujarab, sejak awal tahun sudah dilakukan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Grup Pengelolaan Relasi BI Arbonas Hutabarat, di Bandung Sabtu (5/9/2015).
Arbonas menegaskan hal tersebut dengan mengulang pernyatannya dua kali. Toko Bunga Cibubur "Cilakanya tidak begitu," kata dia memastikan bukan BI rate, obat mujarab perlambatan ekonomi.
Dia mengaku, BI memang sengaja menahan konsumsi masyarakat agar inflasi tetap rendah.
Benar saja, inflasi pada Agustus 2015 yakni 0,39 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2015 sebesar 2,29 persen. "Inflasi yang stabil membuat faktor produksi bekerja dengan nyaman. Sehingga suku bunga 7,5 persen masih menjadi stimulus bagi investor," kata dia lagi.
Apalagi, lanjut Arbonas, dia yakin bahwa suku bunga yang masih tinggi saat ini tidak memukul kebutuhan primer seperti sembako (sembilan bahan pokok). Florist di Jakarta Yang pasti terkena dari suku bunga tinggi adalah konsumsi untuk kebutuhan sekunder dan tersier. "Kan enggak mungkin juga orang pergi ke bank, menurunkan kredit untuk beli beras," pungkas Arbonas.